Senin, 26 November 2018

Kritik Interpretif Rumah Panda

© Susan A. Mainka / WWF
Objek : Panda House
Arsitek : BIG Architects
Location  : Copenhagen Zoo, Denmark

Sekalipun berukuran cukup besar, Panda merupakan salah satu binatang yang dianggap lucu dan imut oleh banyak orang hingga banyak sekali pernak pernik bergambar panda seperti pada animasi produksi Cartoon Network “We Bare Bear” yang animasi dan merchandise nya laris manis  oleh anak-anak hingga orang dewasa.    Rupa panda yang imut dengan mata yang tampak besar,  tingkah yang menggemaskan dan juga jarang ditemukan merupakan beberapa alasan Panda mudah disukai semua kalangan.

Habitat asli panda sendiri awalnya tersebar  dari daerah Timur sampai Selatan China, termasuk juga sekitar Myanmar dan area utara dari Vietnam.  Namun dari masa ke masa wilayah habitat panda mengecil hingga hanya terdaoat 20 area sekitar Provinsi Sichuan, Shaanxi dan Gansu, China yang memiliki lahan-lahan bamboo dan area yang berbukit dan bergunung-gunung.  Di negara tirai bambu sendiri panda banyak dianggap sebagai lambang keberuntungan, pertemanan dan juga kedamaian.  Panda juga sering dihubungkan oleh lambing Yin dan Yang dikarenakan warna hitam putih  dan juga sikap nya yang tenang, menjadi demonstasi Yin dan Yang yang kontras dan menemukan harmonisasi dan kedamaian ketika seimbang.  

Salah satu projek arsitektur yang berkaitan dengan panda ialah Panda’s House yang terletak di Kebun Binatang Copenhagen, di Denmark  dirancang oleh arsitek Bjarke Ingels Group (BIG) pada tahun 2017.  Rumah panda ini menampung 2 panda dengan gender yang berbeda.   Aspek-aspek dari panda inilah yang menjadi pertimbangan dalam rancangan Panda’s House.

https://big.dk/#projects-pan

BIG mengambil Filosofi Yin dan Yang dalam pendekatan desainnya.  Pola Yin dan Yang dapat dengan jelas terlihat juga menjadi area pemisah antara panda jantan dan panda betina dengan tujuan mempermudah pada musim kawin panda.  Panda jantan dan betina perlu memliki jarak atau pembatas selama diluar masa kawin.  Pola Yin dan Yang ini juga diolah dengan baik sehingga dapat menyediakan area bergerak yang baik dan juga dilengkapi oleh vegetasi dan kontur tanah yang menyerupai kondisi asli habitat panda, yaitu tanah berkontur dan juga kelompok hutan bambu.  Tidak hanya itu, perancangan rumah panda ini juga menarik mata pengunjung yang dapat menikmati pemandangan aktivitas panda baik dari “atas” ataupun dari “bawah” yaitu melalui kaca di area restaurant kebun binatang.

https://big.dk/#projects-pan


https://big.dk/#projects-pan

Dapat disimpulkan desain dari Rumah Panda di Kebun Binatang Copenhagen ini amatlah menarik dari bagaimana arsitek BIG dapat merancangnya dengan memenuhi aspek-aspek krusial dari rumah panda dengan proses desain yang sederhana, tidak berbelit, dan logis namun tetap unik dan menarik mata pengunjung tidak hanya pada Panda itu sendiri tapi juga pada sisi desain nya. 

Source

Minggu, 28 Oktober 2018

3 Dari 9 Analogi Arsitektur



9 Analogi arsitektur menurut Wayne O. Attoe ialah:
1. Analogi Matematika
2. Analogi Biologis
3. Analogi Romantis
4. Analogi Bahasa atau Linguistik
5. Analogi Mekanik
6. Analogi Pemecahan Masalah
7. Analogi Adhocis
8. Analogi Bahasa Pola
9. Analogi Dramaturgi

ANALOGI BIOLOGIS didasari pada prinsip Arsitektur Organik. Filosofi arsitektur organik diperkenalkan dan dikembangkan oleh Frank Lloyd Wright. Pada awal 1908, arsitek Frank Lloyd Wright, merupakan orang pertama yang menggunakan istilah 'organik arsitektur,' mulai menjelaskan filsafatnya organik arsitektur. Istilah “arsitektur organik” itu sendiri diciptakan oleh arsitek Frank Lloyd Wright (1867-1959) pada sebuah artikel di Architectural Record, agustus 1914 untuk menjelaskan filosofi dari gaya arsitekturnya. Visinya adalah bagi arsitek dan desainer untuk meninggalkan gaya tradisi mereka pelajari dan menganut desain terbentuk oleh alam dari bahan-bahan komponen, yang selaras dengan pemandangan disekitarnya. Dia ingin mereka membayangkan bentuk dan fungsi sebagai kesatuan, elemen yang saling berhubungan. di antara banyak struktur terkenal yang dirancang oleh Wright.

Turning Torso - Santiago Calatrava











F. Turning Torso, Swedia – Santiago Calatrava Menara ini mengambil analogi dari pergerakan tubuh manusia, yaitu bentuk tulang belakang yang dipilin. Dengan analogi seperti itu, menara ini memberi pembelajaran mengenai ‘movement’ dan ‘structure’. “… The very idea of a structure is synonymous with stability, statis and rigid organisation of elements in space.” (Tzonis&Lefaivre, 1995:10) Dari kutipan pernyataan diatas tergambarkan bahwa struktur itu adalah sesuatu yang sifatnya statis dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan pergerakan. Bahkan struktur seakan menetralkan pergerakan itu sendiri. Namun, Calatrava sadar bahwa didalam struktur itu sendiri terdapat movement yang tidak dapat dihindarkan lagi pasti akan terjadi. Walaupun tampaknya ‘immobile’ atau tidak dapat bergerak, sebenarnya struktur itu sendiri berada pada suatu pergerakan yang konstan. Analogi tulang belakang pada Turning Torso Pada rancangan Turning Torso yang mengambil analogi tulang belakang manusia, bila dilihat secara struktur, tulang belakang manusia sangat memungkinkan terjadinya pergerakan, namun masih tetap dapat menjadi struktur yang kokoh dan bertahan hingga sekarang. Struktur ini kemudian dituangkan kedalam bentuk sketsa dan model sebagai cara pengeksplorasian bagaimana cara struktur itu bekerja dan tersusun dari bagian-bagian apa saja hingga akhirnya menjadi sebuah objek bangunan. Pada tahap awal pemodelan, Calatrava menyusun beberapa balok persegi sedemikian mungkin disekitar baja penopang untuk menemukan wujud spiral yang mendekati bentuk tulang belakang manusia yang dipilin.

ANALOGI ROMANTIK. Arsitektur harus mampu menggugah tanggapan emosional dalam diri si pengamat. Hal ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan menimbulkan asosiasi (mengambil rujukan dari bentuk-bentuk alam, dan masa lalu yang akan menggugah emosi pengamat) atau melalui pernyataan yang dilebih-lebihkan (penggunaan kontras, ukuran, bentuk yang tidak biasa yang mampu menggugah perasaan takut, khawatir, kagum dan lain-lain).

Contemporary Arts Center (CAC) - Zaha Hadid


CAC memiliki analogi romantik karena bentuknya yang dinamis seperti puzzle dengan perbedaan level. Tingkat kompleksitas dan kontradiksi bangunan ini cukup tinggi dibanding sekitar, hal ini merupakan salah satu indikator bahwa CAC bangunan post-modern.
Bangunan post-modren ini dikelilingi oleh gedung-gedung bergaya modern yang bentuknya cenderung kotak-kotak dan statis, sehingga CAC yang berkomposisi linear horisontal terlihat menonjol dan dinamis, dimana ke-dinamis-an yang terlihat merupakan hasil dari permainan ruang dalam yang kemudian mempengaruhi fasade luar.  CAC menerapkan salah satu teori Wtelo yakni ‘difanitas’ atau kesemrawangan. Penerapannya pada dinding transparan yang materialnya berupa kaca.
Sebagai bangunan yang beraliran post-modern, CAC masih kontekstual yang diimplementasikan pada variasi bentuk yang meerupakan perpaduan antara bangunan modern (bangunan lama) dan post-modern (CAC). CAC merupakan salah satu bangunan yang menerapkan tekonlogi yang cukup maju. Hal ini dapat dilihat pada konstruksi ruang galeri yang seolah-olah melayang di atas ruang lobi, penggunaan kantilever-kantilever, dan fasade samping yang multi-level.

ANALOGI LINGUISTIK

Analogi linguistik menganut pandangan bahwa bangunan-bangunan dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kepada para pengamat dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut :

a. Model Tata bahasa

Arsitektur dianggap terdiri dari unsur-unsur (kata-kata) yang ditata menurut aturan (tata bahasa dan sintaksis) yang memungkinkan masyarakat dalam suatu kebudayaan tertentu cepat memahami dan menafsirkaa apa yang disampaikan oleh bangunan tersebut. lni akan tercapai jika ‘bahasa’ yang digunakan adalah bahasa umum/publik yang dimengerti semua orang (langue).

b. Model Ekspresionis

Dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu wahana yanng digunakan arsitek untuk mengungkapakan sikapnya terhadap proyek bangunan tersebut. Dalam hal ini arsitek menggunakan ‘bahasa’nya pribadi (parole). Bahasa tersebut mungkin dimengerti orang lain dan mungkin juga tidak.

c. Model Semiotik

Semiologi adalah ilmu tentang tanda-tanda. Penafsiran semiotik tentang arsitektur menyatakan bahwa suatu bangunan merupakan suatu tanda penyampaian informasi mengenai apakah ia sebenarnya dan apa yang dilakukannya. Sebuah bangunan berbentuk bagaikan piano akan menjual piano. Sebuah menara menjadi tanda bahwa bangunan itu adalah gereja.

Church Of Light - Tadao Ando



Analogi yang digunakan adalah dari upacara minum the Jepang yang disebut sukiya, dimana pada upacara itu orang akan duduk dalam keheningan dan memungkinkan untuk mengantarkan pada sebuah kontemplasi. Tadao Ando merefleksikan kualitas silent dan kontemplasi ini ke dalam ruang-ruang yang dirancangnya. Kesan hening diwujudkan dengan penggunaan material beton ekspos yang berkesan diam dan memanfaatkan cahaya alami untuk memperkuat kesan hening dengan hanya memasukkan beberapa berkas cahaya saja ke dalam ruang.


Sumber

Minggu, 01 Juli 2018

"Desa" di Tengah Kota, Namsangol Hanok Village



Kuliah Lapangan Arsitektur kali ini saya kedapatan jatah ke Korea, dan kita melakukan pengamatan di Namsangol Hanok Village. Namsangol Hanok Village ini merupakan sebuah desa buatan, karena desa ini tidaklah dihuni oleh penduduk manapun, melainkan benar-benar ditujukan menjadi tujuan wisata yang mempertunjukan bangunan ataupun konsep desa tradisional Korea dimasa lalu.    Dan pada pengamatan ini,saya mendapat jatah untuk mengamati pada landscape dari area Namsangol Hanok Village ini.

Sejak awal kita memasuki tempat ini, amat terlihat bahwa Sirkulasi kendaraan terbatas.  Kendaraan tidak dapat masuk ke wilayah Namsan Village ini. Dan tersedia beberapa lahan parkir sebelum memasuki Namsan Village. Dari lahan parker tersebut terdapat pintu entrance yang besar, dengan lahan yang luas.  Pejalan kaki sangat dimanjakan dengan start lahan pedestrian yang luas dan juga memberikan view keseluruhan yang baik bahkan saat kita baru memasuki Namsan Village.  Pengunjung dapat membayangkan baik  bahwa seperti inilah desa-desa tradisional korea di masa lalu.

Jalur-jalur pedestrian yang ada sangat mengakomodasi para pengunjung, dengan lebar mencapai 5 m.  Selain itu jalur sirkulasi banyak memiliki percabangan yang memberikan banyak pilihan kepada pengunjung untuk memilh spot-spot yang ingin dikunjungi.  Tapi tidak perlu khawatir tersesat, karena secara makro jalur pedestrian di Namsan Village ini bersifat melingkar, jadi mudah untuk mencari jalan pulang.  Selain itu jalur pedestrian di sini banyak mengelilingi gazebo ataupun pavilion jadi pengunjung dapat mengamati spot-spot tersebut dari berbagai sudut. 


Sekeliling Namsangol Hanok Village banyak dikelelilingi pohon2 berdaun jarang, sehingga menjadi filter yang baik dan juga memberi keindahan tersendiri dalam view menuju bangunan ditambah lagi 
banyak vegetasi2 di sekeliling site yang berwarna warni, hijau, kuning, orange.  Selain itu Landscape nya banyak memiliki  monument/patung2 batu yang cukup besar sehingga dapat menyeimbangkan vegetasinya.

Dalam site ini, terdapat banyak ruang terbuka berupa landscape seperti pavilion, gazebo dengan kolam2. Kolam yang terdapat di pavilion ini sangat khas style Asia nya.  Dengan bebatuan yang mengelilingi kolam, ikan koi, dengan bentangan yang luas dan lapang sehingga dapat memberikan aura tenang saat menikmati kolam, baik dari jalur pedestrian di sekeliling kolam maupun dari pavilion di sebelahnya.  Jalur pedestrian memiliki lebar 2-3 meter sehingga dapat menampung orang-orang yang melintas dalam 2 arah.   Di masa lalu, jalur pedestrian ini biasanya dipakai oleh pemilik rumah untuk menikmati kolam tersebut.

Selain Kolam yang datar, element air pada landscape yang terdapat di Namsan berupa sunga-sungai kecil dengan air terjun kecil memberikan suara air mengalir dan beriak yang juga memberikan efek kesegaran dan ketenangan  dan keteraturan di sekitar sungai tersebut.   Dari penglihatan, kolam/sungai tidak memliki kedalaman yang dalam.  Dan pada dasarnnya banyak diaplikasikan tanaman2 air dan juga batu2 kali/kolam.  Sungai2 tersebut juga dikelilingi oleh batu2 kali besar dan sentuhan rerumputan yang memberikan kesan alami.  Pada kolam yang rata pun,  mereka sering menimbulkan sound effect air dengan menaruh kincir air pada kolam yang rata. Selain efek ketenangan, elemen2 air banyak menimbulkan mirror efek pada bangunan ataupun vegetasi2 di sekitarnya.  Another plus point for the view. 

Site nya berkontur berbukit dan dimanfaatkan dengan sangat baik, dalam aplikasi sungai-sungai yang mengalir, pedestrian-pedestrian.   Selain itu kontur dari site ini sangat mendukung pengunjung untuk menikmati view menuju site.  Pengunjung dapat menikmati view yang naik perlahan2 dari entrance, lalu rumah-rumah tradisional , hingga ke bukit dan gunung Namsan.  Site yang berkontur juga mendukung view dari site menuju kota, pada gazebo XXX pengunjung dapat menikmati pemandangan menuju kota, dimana rumah tradisional langsung bertemu dengan gedung-gedung tinggi perkotaan.  Membuat pengunjung benar-benar merasakan desa ditengah kota.


 Salah satu best view yang terdapat di site tersebut adalah site menuju gunung Namsan , terutama pada musim semi dimana pohon-pohon berwarna warni dengan bunga-bunga sakura bermekaran.  Best view lainnya ialah vew dari pucak tertinggi Namsangol Hanok Village , melihat pemandangan  kontur site yang menurun dan langsung bertemu dengan kota, dimana rumah tradsional langsung bertemu dengan gedung-gedung tinggi perkotaan.  Feel dari desa ditengah kota sunggu berasa