Source: |
“Masalah sosial adalah suatu kondisi yang berpengaruh terhadap kehidupan sebagai besar warga masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan dan karenanya perlu tindakan untuk mengatasi atau memperbaikinya.” –Lesli-
Para pengamen yang dulu sering menyebut diri mereka sendiri sebagai seniman jalanan kini banyak yang menyimpang menjadi pemalak angkutan. Golongan pengamen ini biasanya memakai pakaian-pakaian style punk lengkap dengan baju warna hitam, aksesoris mencolok , tindikan-tindikan di sekitar wajah dan tak lupa dengan wajah yang tak kalah garang dengan pakaian. Mereka membuat diri mereka sendiri terkesan menyeramkan lalu dengan seenaknya memasuki angkutan-angkutan yang cukup berisi. Seperti kebanyakan pengamen merak akan menyampaikan salam mereka. Biasanya dimulai dengan “ Ya, permisi ya, mohon maaf mengganggu om, tante, kakak, mas sekalian. Numpang-numpang cari rejekinya, ya. Siapa tahu ada sedikit rejeki bagi kami dari balik wajah-wajah terpelajar mbak mas sekalian....” dan seterusnya. Kata-kata merujuk sopan tersebut sering kali dikatakan dengan wajah garang yang menyiratkan ancaman. Terlebih lagi banyak dari pengamen-pengamen ini dengan berani dan seenak jidatnya duduk di bangku penumpang, memberi lebih sedikit celah bagi para penumpang untuk bergerak, memberi kesan memojokan para penumpangnya. Kemudian mereka akan sekedar menyanyi yang biasanya tidak diringi musik kecuali tepukan tangan satu dua kali. Apakah para penumpang tergerak hatinya untuk memberi? Sejujurnya tidak. Tetapi tetap, uang receh tetap berpindah tangan. Ya mau bagaimana? Lebih baik uang yang berpindah tangan daripada nyawa yang berpindah alam.
Golongan seperti ini amat sangat merugikan masyarakat. Menurut saya sendiri golongan seperti ini sudah dapat dikategorikan sebagai pemalak. golongan pengamen ini terus meluas, dikarenakan mereka sering lebih banyak mendapat keuntungan. Keuntungan yang utama adalah lebih mudahnya mendapatkan uang dari pada cara mengamen yang biasa. Inilah faktor utama mengapa golongan pengamen ini makin meluas. Biasanya pengamen macam ini tidak perlu berkeliling-keliling kota mengikuti trayek angkot seperti pengamen-pengamen angkutan pada umumnya. Mereka hanya perlu mangkal di tempat-tempat tertentu seperti lampu merah dan terminal. Selama lampu merah atau selama angkutan mengantri untuk keluar dari terminal, mereka akan melancarkan aksinya di angkutan-angkutan yang cukup ramai tapi tidak terlalu penuh sampai tidak ad tempat untuk duduk. Kemudian mereka akan mulai mengamen , menyanyi sedikit, dan biasanya merupakan lagu anak-anak jalanan tentang keluhan mengenai jalanan, atau pemerintah, dan lain-lain lalu meminta uang dari penumpang. Dari yang saya amat, tindakan ini hanya berlangsung mungkin sekitar 1 menit. Sangat cepat, padat dan mudah bagi mereka. Terlebih lagi lampu merah beberapa tempat, seperti yang di kota saya, bisa berlangsung dua-tiga menit. Ini berarti mereka bisa melancarkan aksinya 2 sampai 3 kali sekali lampu merah. Setetalh lampu merah berhenti, mereke hanya perlu menunggu lampu merah menyala kembali dan melancarakan aksi yang sama. Amat sangat mudah.
Selain dari kemudahan yang pertama tadi, ada kemudahan yang kedua. Penumpang lebih mudah memberi uang. Penumpang-penumpang ini biasanya berumur muda dan banyak yang masih pelajar. Mereka merasa tertekan dengan sikap dan penampilan para pengamen dan takut di-apa-apakan, terlebih lagi pengamen-pengamen tersebut menadahkan tangan dan terkadang tak memindahkan tangan hingga di beri uang, atau setidaknya mereka akan memberikan sumpah serapah bila tidak diberi “jatah”. Dengan menerima tindakan demikian biasnaya setidaknya akan ada satu orang yang akan berkorban untuk memberi “jatah” bagi pengamen tersebut. Hal ini berarti para pengamen seringnya tidak akan turun dari angkutan dengan tangan kosong. Amat sangat mudah.
Kemudahan-kemudahan inilah yang membuat pengamen-pengamen macam ini tidak makin berkurang. Mereka merasa kebutuhan mereka dapat tercukupi dari mengamen.
Jika ditanya apakah ada poin positif dari tindakan ini, saya akan mengatakan tidak, dengan anggapan kita tidak menganggap keuntungan semu bagi para pengamen itu ikut dihitung. Sebaliknya jika poin negatif yang terlihat cukup mencolok. Dari berbagai kerugian dari tindakan pemalakan terselubung ini, saya merasa ada dua hal yang paling mencolok. Pertama, tindakan ini tentunya menyebarkan kemalasan tidak hanya bagi pelaku melainkan bagi korban. Kita tidak dapat tahu dengan pasti berapa orang yang mungkin menjadi ikut tergabung dalam pemalakan terselubung itu namun kita tahu jumlah mereka bertambah. Kedua, bagi para penumpang tindakan mereka sangat tidak nyaman dan meresahkan. Perjalanan yang memang sejak awal belum tentu nyaman semaki bertambah parah dengan datangnya para pemalak terselubung . Belum lagi mungkin saja jika ada dari penumpang yang sedang dalam krisis harus terpaksa menyerahkan sedikit dari uangnya yang memang sudah sedikit. Terkesan sepele memang, tapi bagi si penderita belum tentu ini hal sepele.
Tidak seharusnya kita sebagai masyarakat membiarkan terus-menerus tindakan ini terjadi dan suatu hal yang tidak mungkin tindakan ini dapat terhenti dengan sendirinya. Mungkin masih ada yang berpikir bahwa hal seperti ini urusan pemerintah, bukan urusan saya,dan mereka-mereka juga yang masih berteriak-teriak pemerintah tidak bisa menyelesaikan masalah seperti ini. Padahal pemerintah sendiri juga sudah melakukan tindakan –tindakan seperti razia , pemberdayaan para pengamen, memberi pelatihanagar mereka memberi keterampilan khusus dan lain-lain. Tapi jika dari dasarnya mereka tak mau berubah ya apa mau dikata?
Menurut saya jika mereka tidak bisa dibuat berhenti sendiri, paksa mereka dalam kondisi agar mereka mau berhenti. Paksa mereka keluar dari zona nyaman mereka dimana mereka bisa mendapat uang dengan mudah. Mari berhenti memberi “jatah” bagi mereka. Memang ada tekanan yang didapat dalam kita menentang pemalakan mereka. Namun, mari ingat lagi jika mereka dapat memberi tekanan tersebut karena kita mau dibawa dalam tekanan mereka dan memberikan uang kita kepada pengamen-pengamen tersebut. Tindakan ini adalah tindakan yang hanya bisa sepenuhnya dilaksanakan jika masyarakat mau berpartisipasi. Setidaknya inilah hal kecil yang bisa kita, masyarakat, lakukan untuk membuat perubahan, bukan posting foto, protes asal kepemerintah dan mencantumkan “klik like & share bagi yang setuju” tanpa tindakan yang berarti.
Source:
http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-masalah-sosial-menurut-pakar.html
https://dinamanda.wordpress.com/2010/04/13/pengamen-dan-anak-jalanan/
http://www.tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar